Jumat, 15 Mei 2015

Ulang Tahun Seribu Rasa



Pagi itu merupakan pagi yang damai. Angin berhembus damai, burung mulai berkicau, matahari terbit, dan tanaman terguyur embun pagi. Para warga kompleks pun mulai melakukan aktifitasnya di hari Minggu ini. Salah satu dari mereka adalah tiga sekawan: Fira, Tia dan Vina. Mereka melakukan jogging bersama mengitari kompleks pagi ini.

Tia: “Pagi ini segar banget ya! Jarang-jarang di Jakarta bisa sesegar ini!”
Vina: “Iya betul! Bagaimana menurutmu Fira?”
Fira: “Ya ya ya. Terserah saja. Eh, aku haus nih! Beli minuman yuk.”
Vina: ”Tapi...”
Fira: “Sudah jangan banyak omong! Ayo lomba lari ke warung sana! (menunjuk ke warung) Yang menang kutraktir minuman!
Tia: Ya sudah, ayo! Satu... Dua... Tiga!
(Mereka bertiga berlari sekencang mungkin.)
(Sesampainya mereka bertiga terengah-engah.)
Tia: “Yeay! Aku yang menang!”
Fira: “Yeh, pengen banget apa? Hehe, nggak deh. Bercanda kok.”
Vina: “Emmm, Fira. Apa aku boleh pinjam uangmu? Aku nggak bawa uang nih.”
Fira: “Apaan? Nggak! Uangku buat traktir Tia aja.”
Tia: “Iya! Salah sendiri larinya lambat!” (menyoraki Vina)
Fira: “Yuk Tia, kita jajan. Biarin aja si Vina anak kere.”
(Vina tertunduk.)
(Fira dan Tia membeli minuman.)
Vina: “Eh, kita ke taman yuk! Di sana pasti segar. Mumpung masih pagi.”
Fira: “Hmmm... Ya udah deh. Yuk,Ti!”

Sesampainya di taman...
Tia: “Main petak umpet yuk!”
Vina: “Ayuk! Ayuk!”
Fira: “Tapi yang jaga kamu ya, Vina.”
Vina: “Loh? Kok? Kenapa?”
Tia: ”Atau kita nggak mau main.”
Vina: (pasrah) “Ya udah deh. Aku hitung ya.” (mulai menghitung)
Fira dan Tia: (Bersembunyi di balik semak-semak.)
Vina: “Sudah ya. Aku cari nih.” (mulai mencari)
Vina: (Mencari di balik semak-semak)
Fira: “BAAAAA!!!” (melempar ranting kayu)
Vina: (Terkejut) “FIRAAAAAAAA!!!!!”
Fira: (Mendorong Vina ke tumpukan dedaunan dan melemparkan botol minumannya) “HAHAHA!”
Vina: (Wajahnya memerah dan mulai menangis.)
Tia: (Mulai panik) Fira! Fira! Cukup, ini sudah keterlaluan! Kau ini kenapa sih? Kita kan cuma...”
Vina: (Mengamuk) “YA BETUL! KALIAN HARI INI KENAPA SIH MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI INI?! INI SUDAH KETERLUAN! MEMANGNYA AKU SALAH APA SIH?! AKU BENCI KALIAN! TERUTAMA KAU, FIRA!” (Pergi meninggalkan taman.)
Tia: “Kau ini kenapa sih?! Kenapa sampai segitunya?! Ini kan cuma kejutan ulang tahun.Kau malah merusak persahabatan kita dan membuat hari ulang tahunnya menjadi buruk. Ini sama aja kamu nge bully dia.”
Fira: “Benar juga ya. Seharusnya aku...”
Tia: “Cukup! Aku ngak mau dengar alasanmu. Aku mau pulang, menemani ibuku belanja. Kau memang nggak tau diri!” (Berjalan sedikit.)
Tia: “Oh ya, (menengok ke belakang) sebaiknya kamu cepat minta maaf nanti sore. Kudengar, Vina akan pergi ke rumah saudaranya hari ini sebentar. Cake dan hadiahnya sudah kutitipkan sama mbakku ke rumahmu. Mungkin sekarang sudah ada di rumahmu.” (Berjalan meninggalkan taman.)
Fira: (Duduk di bangku taman sambil merenungi kesalahannya.)

Sore harinya di depan pintu rumah Vina...
Fira: (Memencet bel.)
Vina: (Membuka pintu.)
(Fira dan Vina saling bertatapan.)
Fira: “Boleh aku masuk?” (Ragu-ragu.)
Vina: “Ya.” (Memasang wajah jutek.)
(Mereka berdua masuk ruang tamu Vina.)
Vina: “Sebentar ya. Aku buatin teh dulu. Makan aja kue keringnya.” (Bersikap cuek.)
Tak lama kemudian...
Vina: “Ngapain kesini?” (Sambil menuangkan teh.)
Fira: “Aku mau minta maaf...”
(Hening sejenak.)
Fira: “Maafin aku ya tadi. Sebenernya tadi aku cuma mau bikin kejutan ulang tahun buat...”
Vina: “APA? HAHAHA!” (Tertawa terbahak-bahak.)
Fira: “Ke... Kenapa?” (Terheran-heran.)
Vina: ”Sejak kapan aku ulang tahun?! Hahaha!”  (Masih tertawa.)
Fira: “Itu kata Tia. Dia melihat di kalender rumahmu bahwa tanggal 22 Agustus itu ultahmu. Dan...”
Vina: “Kalian ini... Itu ulang tahun kakakku. Dia dipanggil Vina. Adikku yang menulisnya. Di rumah aku dipanggil Dewi. Nih lihat!” (Menunjukkan kalender.)
Fira: “Jadi... Hahaha. Ini cuma kesalah pahaman ya. Padahal aku dan Tia sudah membeli Cake dan hadiah untukmu. Eh, (melihat tas) AKU LUPA BAWA CAKE DAN HADIAHNYA!!!” (Berteriak.)
Vina: “Haha, sudahlah. Lupakan saja. Aku sangat beruntung punya sahabat yang peduli seperti kalian. (Tersenyum.) Hari ini jadinya perasaanku bercampur aduk deh. Hehe.”
Fira: “Hahaha...”
(Mereka berdua berpelukan.)
Vina: “Besok kamu mesti minta maaf sama Tia ya. Aku temenin kok.”
Fira: “Iya, makasih.” (Tersenyum kecil.)

Sore itu berjalan dengan sempurna. Kedua sahabat itu telah bermaafan. Mereka menghabiskan damainya sore dengan berceloteh sambil minum teh dan mencurahkan isi hati masing-masing. Indahnya persahabatan...

TAMAT