Pagi itu
merupakan pagi yang damai. Angin berhembus damai, burung mulai berkicau,
matahari terbit, dan tanaman terguyur embun pagi. Para warga kompleks pun mulai
melakukan aktifitasnya di hari Minggu ini. Salah satu dari mereka adalah tiga
sekawan: Fira, Tia dan Vina. Mereka melakukan jogging bersama mengitari kompleks pagi ini.
Tia:
“Pagi ini segar banget ya! Jarang-jarang di Jakarta bisa sesegar ini!”
Vina:
“Iya betul! Bagaimana menurutmu Fira?”
Fira: “Ya
ya ya. Terserah saja. Eh, aku haus nih! Beli minuman yuk.”
Vina:
”Tapi...”
Fira: “Sudah
jangan banyak omong! Ayo lomba lari ke warung sana! (menunjuk ke warung) Yang
menang kutraktir minuman!
Tia: Ya
sudah, ayo! Satu... Dua... Tiga!
(Mereka
bertiga berlari sekencang mungkin.)
(Sesampainya
mereka bertiga terengah-engah.)
Tia:
“Yeay! Aku yang menang!”
Fira:
“Yeh, pengen banget apa? Hehe, nggak deh. Bercanda kok.”
Vina: “Emmm,
Fira. Apa aku boleh pinjam uangmu? Aku nggak bawa uang nih.”
Fira:
“Apaan? Nggak! Uangku buat traktir Tia aja.”
Tia:
“Iya! Salah sendiri larinya lambat!” (menyoraki Vina)
Fira:
“Yuk Tia, kita jajan. Biarin aja si Vina anak kere.”
(Vina
tertunduk.)
(Fira
dan Tia membeli minuman.)
Vina:
“Eh, kita ke taman yuk! Di sana pasti segar. Mumpung masih pagi.”
Fira:
“Hmmm... Ya udah deh. Yuk,Ti!”
Sesampainya di taman...
Tia: “Main
petak umpet yuk!”
Vina:
“Ayuk! Ayuk!”
Fira:
“Tapi yang jaga kamu ya, Vina.”
Vina:
“Loh? Kok? Kenapa?”
Tia: ”Atau
kita nggak mau main.”
Vina:
(pasrah) “Ya udah deh. Aku hitung ya.” (mulai menghitung)
Fira dan
Tia: (Bersembunyi di balik semak-semak.)
Vina:
“Sudah ya. Aku cari nih.” (mulai mencari)
Vina:
(Mencari di balik semak-semak)
Fira:
“BAAAAA!!!” (melempar ranting kayu)
Vina:
(Terkejut) “FIRAAAAAAAA!!!!!”
Fira:
(Mendorong Vina ke tumpukan dedaunan dan melemparkan botol minumannya)
“HAHAHA!”
Vina:
(Wajahnya memerah dan mulai menangis.)
Tia:
(Mulai panik) Fira! Fira! Cukup, ini sudah keterlaluan! Kau ini kenapa sih?
Kita kan cuma...”
Vina:
(Mengamuk) “YA BETUL! KALIAN HARI INI KENAPA SIH MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI
INI?! INI SUDAH KETERLUAN! MEMANGNYA AKU SALAH APA SIH?! AKU BENCI KALIAN!
TERUTAMA KAU, FIRA!” (Pergi meninggalkan taman.)
Tia:
“Kau ini kenapa sih?! Kenapa sampai segitunya?! Ini kan cuma kejutan ulang
tahun.Kau malah merusak persahabatan kita dan membuat hari ulang tahunnya
menjadi buruk. Ini sama aja kamu nge bully
dia.”
Fira:
“Benar juga ya. Seharusnya aku...”
Tia:
“Cukup! Aku ngak mau dengar alasanmu. Aku mau pulang, menemani ibuku belanja.
Kau memang nggak tau diri!” (Berjalan sedikit.)
Tia: “Oh
ya, (menengok ke belakang) sebaiknya kamu cepat minta maaf nanti sore. Kudengar,
Vina akan pergi ke rumah saudaranya hari ini sebentar. Cake dan hadiahnya sudah kutitipkan sama mbakku ke rumahmu. Mungkin
sekarang sudah ada di rumahmu.” (Berjalan meninggalkan taman.)
Fira:
(Duduk di bangku taman sambil merenungi kesalahannya.)
Sore harinya di depan pintu rumah
Vina...
Fira:
(Memencet bel.)
Vina:
(Membuka pintu.)
(Fira
dan Vina saling bertatapan.)
Fira:
“Boleh aku masuk?” (Ragu-ragu.)
Vina:
“Ya.” (Memasang wajah jutek.)
(Mereka
berdua masuk ruang tamu Vina.)
Vina:
“Sebentar ya. Aku buatin teh dulu. Makan aja kue keringnya.” (Bersikap cuek.)
Tak lama kemudian...
Vina:
“Ngapain kesini?” (Sambil menuangkan teh.)
Fira:
“Aku mau minta maaf...”
(Hening
sejenak.)
Fira: “Maafin
aku ya tadi. Sebenernya tadi aku cuma mau bikin kejutan ulang tahun buat...”
Vina:
“APA? HAHAHA!” (Tertawa terbahak-bahak.)
Fira:
“Ke... Kenapa?” (Terheran-heran.)
Vina:
”Sejak kapan aku ulang tahun?! Hahaha!”
(Masih tertawa.)
Fira:
“Itu kata Tia. Dia melihat di kalender rumahmu bahwa tanggal 22 Agustus itu
ultahmu. Dan...”
Vina:
“Kalian ini... Itu ulang tahun kakakku. Dia dipanggil Vina. Adikku yang
menulisnya. Di rumah aku dipanggil Dewi. Nih lihat!” (Menunjukkan kalender.)
Fira:
“Jadi... Hahaha. Ini cuma kesalah pahaman ya. Padahal aku dan Tia sudah membeli
Cake dan hadiah untukmu. Eh, (melihat
tas) AKU LUPA BAWA CAKE DAN
HADIAHNYA!!!” (Berteriak.)
Vina:
“Haha, sudahlah. Lupakan saja. Aku sangat beruntung punya sahabat yang peduli
seperti kalian. (Tersenyum.) Hari ini jadinya perasaanku bercampur aduk deh.
Hehe.”
Fira:
“Hahaha...”
(Mereka
berdua berpelukan.)
Vina:
“Besok kamu mesti minta maaf sama Tia ya. Aku temenin kok.”
Fira:
“Iya, makasih.” (Tersenyum kecil.)
Sore itu
berjalan dengan sempurna. Kedua sahabat itu telah bermaafan. Mereka
menghabiskan damainya sore dengan berceloteh sambil minum teh dan mencurahkan
isi hati masing-masing. Indahnya
persahabatan...
TAMAT