Kamis, 25 Desember 2014

Pidato tentang Globalisasi

Assalamu alaikum wr. wb.
Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin sekalian karena sudah mempersilakan saya untuk berbicara di depan Anda semua.
Puji syukur kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan ridho nya kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat wal afiat.
Pada kesempatan kali ini, saya akan berpidato tentang globalisasi. Apakah diantara hadirin sekalian ada yang mengetahui makna globalisasi?
Globalisasi adalah proses mendunianya sesuatu akibat kemajuan teknologi dan informasi. Contoh dari globalisasi banyak sekali. Salah satunya, gaya pakaian kita. Sekarang, kita lebih cenderung berpakaian seperti orang barat. Memakai baju 'you can see', celana pendek, ataupun pakaian jas resmi yang biasa dipakai untuk resepsi di dunia barat sana. Kini, kita juga memakai pakaian seperti orang barat sana. Kadang, kita juga melihat para remaja berpakaian ala orang Korea atau Jepang sana. Itu juga merupakan suatu dampak globalisasi.
Globalisasi juga memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari globalisasi adalah kita dapat mengetahui perkembangan di luar sana (belahan dunia lain). Dan dampak negatifnya adalah kita menjadi tidak mencintai produk negeri sendiri. Karena, kita terpikat oleh produk luar negeri yang memiliki kualitas lebih baik.
Saran saya atas globalisasi ini adalah, kita harus dapat memilah dampak yang baik dan buruknya. Kita ambil dampak baiknya dan membuang dampak buruknya.
Sekian pidato singkat saya tentang globalisasi. Mohon maaf bila banyak kesalahan. Wabillahi taufik wal hidayah.
Wassalamu alaikum wr. wb.

Minggu, 23 November 2014

Internet Baik Dan Sehat

Teman-teman sudah pasti kenal kan dengan internet? Yap, teman kita yang satu ini memang banyak manfaatnya sekaligus banyak nilai minusnya juga. Kali ini, aku akan membahas tentang cara bermain yang baik dengan teman kita yang satu ini. Cekidot!

Cara bermain dengan teman kita ini harus dengan cara yang baik dan sehat. Ya, judul kita hari ini adalah “Internet Baik Dan Sehat”. Kita harus bisa bermain dengan cara ini. “Caranya bagaimana, Ningsih?” Berikut ini cara-caranya:

Kita jangan memberikan data pribadi kita pada Internet secara spesifik. Contohnya, memberi tahu alamat dan lain sebagainya. Karena itu memudahkan para ‘orang yang tidak dikenal’ mengetahui data tentang diri kita. Dan itu berbahaya. Gimana kalau kamu tiba-tiba disamperin orang terus diculik karena penculiknya tahu alamat kamu? Who knows, ya. Siapa tahu itu bisa terjadi.

Kedua, jangan berteman dengan orang yang tidak dikenal di Internet. Karena, mereka bisa memberikan malapetaka secara tiba-tiba padamu. Misalnya, memberikan konten porno atau melakukan hal yang vulgar. Soalnya, aku sebagai penulis juga pernah pengalaman pas aku lagi ngobrol di Omegle. Jadi, si chatter nya itu nunjukin alat kelaminnya. Aku langsung end chat aja. Serem, ya? Makanya, hati-hati kalau punya cyber friend. Kita harus hati-hati dalam memilah; siapa yang lebih pantas kita temani,  dan siapa yang tidak.

Kalian juga harus mengatur waktu kalian di Internet. Jangan sampai waktu kalian habis hanya karena internet. Ini termasuk teknik bermain internet yang sehat. Kalian harus lebih produktif. Kalian sebaiknya membuka internet untuk hal-hal yang perlu saja. Misalnya, mengepost di blog atau melihat post yang menggugah gairah hidup di Facebook. Begitu, menurutku.

Kalian harus menyukai apa yang menjadi diri kalian sendiri. Cari passionmu di internet. Kembangkan bakatmu. Tunjukkan (lewat internet) pada dunia bahwa kamu bisa! Aku tahu kamu memang bisa J


Sekian post singkat dan padat tentang “Internet baik dan sehat”. Baru pertama kali aku mengepost sesingkat ini karena memang hanya ini yang aku tahu tentang “Internet baik dan sehat”. Yang terpenting aku sudah berbagi ilmuku. Bagaimana denganmu, apa kamu akan membagi ilmumu dengan dunia, juga? Kutunggu tulisanmu, ya.

Jumat, 21 November 2014

Resensi Buku: The Catcher in The Rye

The Catcher in The Rye adalah sebuah novel karya J.D. Salinger yang menceritkan tentang seorang remaja yang sarkastik bernama Holden Caulfield. Holden bersekolah di Pencey, Amerika Serikat. Dia adalah seorang anak dari seorang pengacara kaya yang memiliki saham di Broadway. Buku ini menceritakan tentang perjalanan Holden selama tiga hari dari Pencey sampai rumahnya sendiri. Buku ini akan membuat Anda terbawa arus kehidupan Holden selama tiga hari yang penuh detail dan extraordinary.

Anda akan diajak Holden menuju dunia baru melalui meditasi perjalanan tiga hari seorang Holden Caulfield yang sarat hikmah dan pembelajaran.

Buku ini berawal dari cerita Holden tentang sekolahnya kegiatannya di sekolah itu. Yang unik dari buku ini adalah, Holden akan mengajak kalian mendengarkan ceritanya tentang masa lalu dengan gaya yang santai dan menarik, sehingga tidak terlihat seperti flashback. Anda akan mendengarkan bagaimana pikiran-pikiran  Holden yang penuh dengan sarkasme sekaligus nilai moral. Pandangan hidup anda akan berubah seketika setelah membaca buku ini.

Anda tidak perlu takut dengan tidak memahami bahasa Inggris yang menjadi bahasa dari buku ini. Dengan bahasa Inggris slang, buku ini mudah dimengerti oleh semua kalangan. Dan satu lagi yang menarik dari buku ini adalah Holden selalu menggunakan istilah phony untuk hal yang dibencinya. Dalam kata lain, Holden membenci phoniness.

Phony memiliki arti “beda dari luar dan dalam”. Holden membenci orang seperti itu, yang disebut juga dengan phonies. Saat menonton bioskop maupun kehidupan nyata, Holden selalu takut akan datangnya kejadian-kejadian phony yang datang di depannya. Phony adalah metafora atas hal-hal buruk yang datang pada hidupnya.

Judul  The Catcher in The Rye ini didapatkan dari mimpi seorang Holden yang unik. Holden bermimpi untuk menjadi The Catcher in The Rye (Penangkap dalam pancaran sinar). Saat anak-anak sedang bermain di sebuah tebing yang dipancari oleh sinar, Holden akan menunggu dan mengawasi anak-anak tersebut agar tidak terjatuh dari tebing dan tetap pada kesenangan mereka yang berasal dari hati mereka yang murni. Sungguh mimpi yang mulia, bukan?

Holden mengajarkan bahwa yang kita cari dalam hidup adalah kedamaian. Bukan Cadillac ataupun prestasi semata. Holden juga megajarkan apa yang kita cari ada di dalam diri kita, bukan di luar mengikuti trend orang-orang disana. Holden menunjukkan sosok remaja yang baik dalam kenakalannya. Yang patut kita contoh dari Holden adalah jangan menilai orang dari luarnya. Bayangkan saja, apa yang akan Anda lakukan jika Anda bertemu dengan seorang Holden? Apa yang akan anda dapat dari pandangan Anda terhadapnya? Bukankah dari luar ia hanya seorang anak nakal? Hanya saja, ia berjalan dengan hatinya. Bukan dengan apapun yang lain.


Begitulah buku yang berjudul The Catcher in The Rye. Saya sangat sarankan Anda untuk membacanya. Sungguh, tidak akan sulit untuk mencari buku tersebut karena buku ini sudah masuk kelas buku klasik. Anda mungkin dapat dengan mudah mendapatkannya di buku elektronik ataupun International Online Book Store yang tersebar dimana-mana. Mari ubah pandangan hidup Anda bersama Holden Caulfield.

Soft News: Field Trip SMP Bahtera ke Gedung Sate dan Saung Angklung Udjo

Di pagi hari itu, beberapa (tak semuanya) dari siswa-siswi SMP Bahtera mengikuti Field Trip ke Gedung Sate dan Saung Angklung Udjo. Mereka memasuki kawasan sekolah mereka dengan jadwal biasa yang sudah ditetapkan. Mereka membaca Al-Qur’an segera setelah bel berbunyi. Siti Cahyaningsih, atau biasa dipanggil Ningsih adalah salah satu dari mereka.

Setelah membaca Al-Qur’an, mereka diminta berkumpul di lapangan untuk briefing sebelum Field Trip berjalan. Dan mereka melakukannya sesuai dengan apa yang guru mereka instruksikan. Para guru telah berunding cukup lama untuk mempersiapkan Field Trip di hari yang istimewa tersebut. Alhasil, murid-murid Bahtera dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok  satu sampai dengan enam. Mereka dibagi dalam dua bis. Bis pertama mengangkut kelompok satu, tiga, dan empat. Sedangkan, bis kedua mengangkut kelompok dua, lima, dan enam.

Mereka atau bisa dipanggil siswa-siswi Bahtera berangkat dengan senangnya. Mereka bersenandung ria sesuai dengan kegembiraan hati mereka masing-masing. Akhirnya, dengan canda ria yang mereka dendangkan, mereka berhasil sampai ke Taman Lansia dengan selamat.

Di Taman Lansia, mereka melakukan game. Tahukah kamu seperti apakah game yang dimainkan anak-anak Bahtera? Ya, mereka bermain mencari-dan-menyusun-puzzle. Anak-anak Bahtera sangat antusias dengan permainan tersebut. Kerja sama barudak-barudak Bahtera telah teruji (dan terbukti) dengan permainan tersebut. Mereka berhasil menyusun puzzle tersebut dengan sukses. Barudak-barudak Bahtera memang top!

Di suatu sisi, seorang anak Bahtera menyedukan dirinya sendiri karena rindu akan keluarga dan momen-momen berharga. Ya, itulah Ningsih. Tapi, dia tetap berjalan menuju Gedung Sate dengan kerumunan anak-anak Bahtera lainnya dengan membawa perasaannya itu.

Sesampainya di Gedung Sate, disanalah  tempat (selang waktu beberapa lama)dengan datangnya seorang Petugas Keamanan Gedung Sate yang memandu generasi muda Bahtera yang siap mempelajari sejarah kota Bandung dan tentu saja, Gedung Sate nya.” Kami pun, siswa-siswi SMP Bahtera berjalan menuju lantai empat dimana kami akan diceritakan tentang sejarah yang berharga tentang Gedung Sate,” celoteh Ningsih yang merupakan salah satu siswi Bahtera.

Di sana (lantai empat), kami diceritakan oleh Pak Yanto tentang  sejarah dan apa itu Gedung Sate. Dimulai dari sejarah Gedung Sate pada masa Belanda, bagaimana Gedung Sate dibuat, sampai biaya pembangunan Gedung Sate dan Museum Geologi yang sama harganya dengan 6 juta Gulden. Begitulah singkatnya cerita Pak Yayan yang incredible itu. Di sudut lain dari cerita, Ningsih membuka Merriam-Webster seraya mendengarkan Pak Yanto yang sebenarnya dilarang oleh Pak Guru. Memang sebelumnya, kami dilarang memegang  Handphone dengan alasan: sekarang ini kalian sedang belajar, hanya saja prosesnya di luar kelas. Tapi menurut Ningsih yang juga merupakan saksi mata, masih ada anak-anak Bahtera lainnya yang membuka handphone nya. Sungguh, perilaku yang tidak bertanggung jawab. Kali ini, siswa-siswi Bahtera belum menunjukkan sikap yang patut sebagai anak bangsa.

Sehabis diberi penjelasan oleh Pak Yanto, siswa-siswi SMP Bahtera go to the top of Gedung Sate. Mereka berfoto ria disana dilengkapi panorama Bandung sebagai background nya. Ningsih juga termasuk sebagai siswi yang narsis.

Baik diatas maupun dibawah Gedung Sate, Ningsih tetap berperan menjadi siswi Bahtera yang narsis. Ia tetap berfoto ria bersama teman-temannya di depan prasasti bersejarah Gedung Sate. Bukan hanya Ningsih, murid-murid Bahtera yang lain juga narsis sendiri maupun bersama teman lainnya. Terbukti dengan foto bersama SMP Bahtera yang shining dibawah sinar mentari. Hehehe…

Setelah berfoto, murid-murid Bahtera beristirahat sejenak dibawah pohon yang rindang. Sambil menikmati bekal mereka, siswa-siswi yang aktif ini berceloteh ditemani teman santai mereka. Alias, makanan mereka. Mereka sangat menikmati moment of joy ini.

Murid-murid Bahtera pun segera bangkit dan berjalan menuju bis untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya;  Saung Angklung Udjo!

Sampai di Saung Angklung Udjo, mereka tidak langsung menonton pertunjukannya. Melainkan, mereka shalat dan beristirahat dulu di tempat yang sudah disediakan. Ditemani jajanan sehat dari kantin Angklung Udjo, siapa lagi yang tak mau istirahat beratapkan jerami?

Tepat jam 13.00,mereka menonton pertunjukan di Saung Angklung Udjo yang berupakan beberapa sesi. Di antara sesi-sesi tersebut adalah, sesi Wayang Golek, Tari Topeng, dan satu tari lagi yang biasa ditampilkan saat seseorang baru sunatan, dan banyak sesi lainnya. Begitulah menurut Ningsih yang merupakan narasumber utama kami.

“Kami juga diajak main angklung bersama!” Sahut Ningsih di rumahnya.

Di akhir acara, beberapa penonton dari SMP Bahtera maupun sekolah lain diajak menari bersama para murid Saung Angklung Udjo. “It was a moment of strength and I feel okay about it.” Begitu pendapat Ningsih tentang momen itu saat ia ikut menari dengan mereka. Bagaimana dengan yang lain? Sayangnya, kami tidak mengutip pendapat dari warga Bahtera yang lain.

Siswa-siswi SMP Bahtera pun menelusuri tempat souvenir Angklung Udjo dan beberapa dari mereka juga ada yang membeli es lilin. Begitu menurut pengamatan kami pada kegiatan-sehabis-pertunjukan SMP Bahtera.


Murid-murid SMP Bahtera pun pulang dengan santainya. Begitulah pengalaman Field Trip SMP Bahtera dari sudut pandang Siti Cahyaningsih sebagai narasumber utama kami. Semoga artikel ini member iimpresi yang baik pada pembaca sekalian dan bermanfaat untuk kedepannya. Sekian dari kami  wartawan Koran SMP Bahtera.  (-ningsih)

Sabtu, 01 November 2014

Narkoba

Apakah teman-teman tahu apa itu narkoba? Narkoba adalah obat-obatan terlarang dari tanaman atau bukan tanaman yang mengakibatkan perubahan kesadarn. Seperti yang kamu tahu,  kita tidak boleh menggunakan narkoba. Mau tahu kenapa? Yuk, kita bahas lebih lanjut lagi tentang narkoba.
Narkoba bisa menyebabkan kerusakan biologis maupun psikologis pada tubuh kita. Narkoba inibiasa diedarkan oleh para bandar narkoba. Tahukah kamu berapa perkiraan uang peredaran gelap narkoba tingkat dunia? Ya, uang pengedaran narkoba mencapai lebih dari 300 milyar US dollar/tahun. Banyak sekali bukan? Jangan sampai uang teman-teman termasuk dalam pengedaran narkoba yang  haram ini, ya.
Kerugian narkoba itu banyak banget, temen-temen.  Terutama dalam segi kesehatan, sosial ekonomi, dan keamanan. Orang yang sudah menjadi candu narkoba akan menjual apapun di rumahnya (atau bisa rumah orang lain) demi narkoba. Karena kalau nggak, mereka akan merasakan kesakitan yang berlebih, namanya sakau. Intinya, orang yang sudah terkan candu narkoba akan mempertaruhkan apa yang menjadi miliknya demi narkoba. Mereka sudah candu.
Ciri-ciri pecandu narkoba adalah:
1.       Sering berbohong untuk memanipulasi keadaan.
2.       Sering menyendiri, seperi di kamar mandi, kamar tidur, atau yang lainnya.
3.       Menghindari aktivitas bersama keluarga.
4.       Dan lain-lain.
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2011 pecandunya sampai 3,8 juta orang. Jika hal ini tidak segera dicegah atau ditindaklanjuti, kemungkinan tahun 2015 ini pecandu narkoba di Indonesia akan mencapai angka 5,8 juta orang. Serem ya, temen-temen.
Whitney Houston adalah salah satu orang terkenal yang menggunakan narkoba. Kebanyakan usia pengguna narkoba adalah sekitar 15-64 tahun di seluruh dunia.
Kebanyakan WNI di luar negeri terancam hukuman mati karena pengedaran narkoba. Teman-teman harus mencegah agar temen-temen dan orang di sekitar temen-temen, punya kontak nih, sama yang namanya bandar narkoba. Karena kalau sampe iya, kesananya bakal repot. Just in case kalau temen-temen ditawarin narkoba sama Bandar narkoba, temen-temen harus berani bilang: nggak! Atau kalau versi aku, kabur aja ngacrit kemana aja asal nggak kena sama yang namanya narkoba. Karena kalau sudah kena sama narkoba, resikonya bakal repot. Gini nih, tahapnya kalau temen-temen udah say yes sama narkoba.
Proses seseorang bisa terkena narkoba:
1.       Kompromi:  temen-temen udah mau bergaul sama pengguna narkoba.
2.       Coba-coba: temen-temen udah nyobain narkoba.
3.       Toleransi: tubuh temen-temen udah toleran sama narkoba.
4.       Kebiasaan: temen-temen udah menjadikan narkoba sebagai kebiasaan temen-temen.
5.       Ketergantungan: tebuh temen-temen udah pada level kalau berhenti, bakalan sakau.
6.       Intoksifikasi: tubuh temen-temen udah keracunan sama narkoba.
7.       Meninggal dunia: temen-temen meninggal dunia, deh. Note: karena narkoba!
Kalau temen-temen udah kena narkoba. Kasarnya sih, nih, rasain sendiri akibatnya!
Akibat penyalahgunaan narkoba:
1.       Fungsi otak dan perkembangan terganggu.
2.       Adanya gangguan kesehatan.
3.       Adanya gangguan perilaku.
4.       Merosotnya nilai-nilai moral kemanusiaan.
5.       Mengakibatkan kejahatan, kekerasan, dan kriminalitas.
6.       Kehidupan keluarga tidak berfungsi normal.
7.       Terjadinya kerusakan social.
Meskipun orang yang sudah terkena narkoba bisa direhabilitasi. Tapi hampir pasti nggak bisa sembuh total. Karena, pengaruh narkoba itu udah menyerap banget dalam tubuhnya. Baik secara biologis maupun psikologis. Oleh karena itu, kalian harus mencegah narkoba terhadap orang-orang sekitar kalian dan yang pasti diri kalian sendiri , dengan cara:
1.       Memperbanyak informasi tentang bahaya narkoba.
2.       Jalani pola hidup sehat.
3.       Hindari rokok dan alkohol.
4.       Tidur yang cukup dan makan makanan bergizi.
Temen-temen udah tahu kan bahaya narkoba? Makanya, inilah hal-hal yang harus kita lakukan sebagai generasi penerus bangsa yang baik:
1.       Kita harus mencegah penyalahgunaan narkoba.
2.       Kita harus membangun komitmen pada pelajar/mahasiswa untuk tidak memakai narkoba.
3.       Manfaatkan waktu yang tersedia dengan baik.
4.       Perlu kesadaran tentang narkoba.

Nah, temen-temen, sekian penjelasan tentang narkoba dari saya. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih sudah membaca. Wassalam.

My Disease

Aku sedang sakit secara mental. Lebih tepatnya; kurang sehat. Keadaan ini kadang-kadang kurang membahagiakanku. Aku sering merasa kepalaku terada pusing dan keras di bagian dahi; dan itu membuatku tak nyaman! Aku juga sering merasa tidak enak dengan suasana kekenyangan, karena aku sering merasa takut kalau aku akan gendut dan konsentrasiku menjadi buyar, Sungguh, aku ini anak yang lebay; jika kamu ingin tahu. Tapi, khusus untuk yang bagian gendut, aku sudah tidak terlalu mempermasalahkannya lagi; aku bersyukur dengan fakta aku sudah tidak terlalu mempermasalahkannya lagi. Lagi pula, gendut itu tidak penting.Dengan banyak teori seperti itu, aku jadi merasa sok bijak. Entah kenapa.
Hari ini, aku melihat sekilas catatan pribadi temanku. Disana tertulis bahwa aku sebel dengan temen aku yang suka ngelihat-ngelihat, suka cubit-cubit, kalau dikasih tahu suka ngeyel, dan lain-lain. Dan karakter itu sangat mirip dengan aku! Aku jadi khawatir dengan itu dan aku menanyakan pada mereka:
"Itu tentang aku ya?"
Dan mereka simply and basically jawab "Nggak, Demi Allah." "Ini tuh ada yang lain," lanjut mereka lagi.
Aku balas lagi mereka dengan, "Bohong masuk Neraka, ya?"
"Iya."
Hal itu melegakanku, tapi Salsa langsung ketawa-ketawa lagi; yang mengganggu kesenanganku yang sesaat.
Si (inisial) S bilang, "Tuh, Salsa ketawa-ketawa."
Dan itu membuatku berprasangka lagi kalau Salsa tahu rahasianya dan menertawakan tingkahku kepada si A dan S.
Aku tanya ke Salsa: "Salsa, kamu ketawa kenapa?"
Salsa menjawab, "Itu karena Amir."
Baiklah—begitulah kira-kira aku menggambarkan apa yang ada di dalam hatiku.
Memang aku ini anaknya sensitif—begitu pula kata Om-ku. Aku akan mengurangi kesensitifanku—dan keseriusanku juga. Jadi, aku suka menganggap orang yang bercanda itu sedang memperlakukanku beneran dengan kayak gitu. Aku terlalu serius; itu berarti tanda aku kurang santai. Sungguh, aku sudah jago dalam teori. Tinggal, hanya mempraktekkannya.
Rasa syukur adalah hal yang kubutuhkan saat ini. Karena, hal itu akan menaikkan moodku secara perlahan. Aku sering membandingkan orang lain dengan diriku sendiri. Padahal, hal itu sudah jelas saat aku menanyakan ke Bapak seperti ini:
“Bapak, kenapa orang nggak bisa dibanding-bandingin?”
“Ya jelas lah, wong tugasnya beda-beda.”
“Jadi, nggak bisa, kalau dia lebih kaya, lebih banyak memiliki kemampuan daipada si ini berarti dia lebih beruntung?”
“Ya, nggak bisa lah.”
*Flashback ends*
Aku juga suka berkhayal macem-macem; dimana aku berkhayalnya dengan tidak sengaja. Itulah tanda kalau aku tidak menikmati saat ini.
Hal lain yang menggangguku adalah fakta bahwa aku tidak bisa memainkan alat musik. Perasaanku tidak sejalan dengan nada dan satu-satunya hal yang aku lakukan saat belajar musik adalah belajar hafalan. Aku kadang suka membanding-bandingkan diri dengan yang bisa alat musik dan itu adalah hal yang merugikan diriku sendiri. Saat aku memainkan alat musik, yang kugerakkan adalah nafsuku, bukan perasaanku. Tapi tidak ada gunanya aku membuang-buang waktu untuk hal yang aku tidak dimudahkan di jalannya. Dan membanding-bandingkan orang adalah hal yang illegal. Jadi, aku hanya melakukan sesuatu seperti biasanya.
Aku senang melakukan pekerjaan yang melibatkan banyak orang. Kata Tante Witrin, perasaan orang kepadaku; apakah dia sebal, apakah dia suka adalah hal yang penting untukku. Jadi, bekerja dengan banyak orang lebih mengasyikkanku daripada mendem sendiri di Laboratorium.
Aku sering merasa tidak enak karena perasaanku tidak sejalan dengan pikiranku. Mengquotes perkataan orang adalah hobiku dan aku cukup relatable dengan quotes dari si L yaitu, “Berjalan dengan akal.” Aku sering merasakan dalam hatiku dorongan untuk melakukan hal yang quite aneh-aneh. Seperti, balik lagi ke sekolah untuk membereskan lipetan mukenaku, atau, balik lagi ke tempat les untuk salim dengan guru; dan itu tidak masuk akal! Walaupun, aku merasa si L menyindirku. Aku tetap tidak mempedulikannya. Aku tetap berjalan dengan akalku (untuk melanjutkan perjalananan) dan mengikuti perkataan orang di jalan seperti diem, belum, dll. Hal itu yang membuatku sering menengok ke orang lain—kata-kata itu. Tapi karena perkataan orang itu, aku menjadi balik ke tempat les dengan raut muka yang hampir menangis—aku benar-benar menangis. Dan itu menggangguku karena kadang, aku tak bisa main normal seperti anak-anak lainnya. Walaupun, sekarang, aku berangsur-angsur menjadi lebih baik lagi. Alhamdulillah.
Hal tentang prestasi kadang menggangguku sedikit, aku pernah mengkhayal menang lomba UN se-nasional di Jogja. Padahal, faktanya aku tidak diizinkan belajar ke Jogja. Khayalan-khayalan tidak sengaja itu sering menggangguku. Self-pride is harmed by me. It is worthless and useless. Padahal prestasi itu tidak penting. Yang penting itu, Sholeh dan Bahagia. Udah tok-tok itu aja. Begitu kata Bapak yang menjadi pelindung hidupku.
Nilai adalah hal yang tidak penting. Tapi, kadang, aku suka mengkhawatirkannya dan membandingkannya dengan teman-temanku. Sepertinya, aku ini maujadi yang nomor satu; dimana itu adalah hal yang worthless sama sekali. Untung, berangsur-angsur, diriku sudah memahami teori yang kubuat sendri untuk diriku sendiri. Semoga aku lebih mengeri lagi kalau nilai itu tidak penting. Amin.
Sering terlewat sepintas pikiran bahwa aku ini pintar—itu sangat menggangguku! Karena pintar itu tidak penting. Pintar adalah hal duniawi; bukan berarti aku maksud dengan bukan hal-hal akhirati. Dan aku akan mempelajari lagi cara bagaimana agar aku dapat menata pikiran lagi seperti dulu. Doakan aku supaya berhasil ya, kawan.
Nggak dimana-mana, pasti ada orang yang nggak suka sama aku. Mau gimana pun juga. Dan mereka nggak sukanya terbuka-terbukaan. Tapi itu biasa. Masa Rasul dilempari kotoran, kita minta disayang-sayang. Lama-lama aku juga terbiasa. Semoga seiring waktu aku dapat paham sesuatu yang baru.

Begitulah tentang diriku, mungkin ini terlalu menggaggumu karena penutupan ini sangat nge-cut. Terima kasih untuk membaca. Wassalam.

Minggu, 12 Oktober 2014

Omelette Party

Aku diberi tugas oleh sekolahku untuk membuat Omelette. Tugas ini adalah Project Based Curriculum (PBC) dengan tema Omelette Party. Tugas ini diberikan saat liburan Home Visit. Home Visit adalah saat guru-guru berkunjung ke rumah murid-murid untuk memberikan laporan hasil pembelajaran. Tugas ini sangat unik; kami diminta belanja, memasak, mengukur, dan menceritakan segala sesuatu tentang Omelette (yang kami buat sendiri). Aku senang mengerjakannya karena tugas ini begitu unik dan mendidik. Berikut ceritaku tentang membuat Omelette:

Aku sedang berada di Jakarta untuk liburan menemui keluarga intiku.
Aku pergi berbelanja bersama Bapakku. Kami berbelanja di Carrefour. Untuk bahan Omelette, kami hanya membeli daging giling sebagai pengganti ayam cincang di resep Omelette: karena bahan yang lainnya sudah ada di rumah.  Yang lainnya, kami membeli sabun, shampo, dan Chunky Bar untuk dimakan bersama-sama. Sungguh enak, aku benar-benar suka Chunky Bar—kami memakannya segera setelah kami sampai di rumah. Oh iya, tentang belanja, kami diminta memakai tas buatan kami saat UTS atau kertas berbahan tisu untuk kelas 9; karena, kelas 9 UTS PLH nya presentasi; bukan membuat tas. Ini dia fotoku sehabis berbelanja di Carrefour:

Aku baru memasak sehari setelah berbelanja. Aku memasaknya tepat sore hari setelah aku berenang bersama Bapak dan adik-adikku. Aku memasak saat maghrib; saat aku sampai ke rumah. Aku memang berenang cukup lama; Bayangkan, 4 jam! Tapi itu waktu yang sangat sebentar jika aku lakukan bersama adik-adikku. It was a great day for me!
Pertama-tama,aku mencampur semua bahan; telur, tepung terigu, tepung maizena, merica, garam, air, dan bawang putih cincang. Telurnya aku masukkan 5; sedangkan, di resep tertulisnya 4. Jadi, bahan-bahan lain juga aku lebihkan takarannya sedikit demi kesetaraan rasa Omelette yang aku buat ini. Bunda membantuku memecahkan gumpalan-gumpalan terigu di adonan telur. Bunda juga mengajariku cara memecah-mecah daging giling yang beku. Sebelum menggoreng telurnya, aku memotong-motong sawi terlebih dahulu dan mengoleskan mentega di atas panci pengorengan. Lalu aku menuangkan setengah dari adonan telur  itu ke wajan berdiameter 22 sentimeter (lebih 4 senti dari yang ditentukan; yaitu 18 sentimeter). Aku menyalakan apinya dengan kecil sekali; supaya tidak gosong. Lalu, aku menaburkan semua bahan isi diatasnya. Setelahnya, aku juga menuangkan setengah dari adonan telur  sisanya. Lalu. kutunggu telur bagian bawahnya sampai matang.


And, this is it; the climax. Bagaimana cara membalikkan telur berdiameter 22 senti tersebut? Akhirnya, Bunda menemukan caranya. Bunda mengambil piring yang seukuran dengan Omelette (dan tentu saja panci) tersebut. Lalu bunda membalikkannya dan tadaaaaa Bunda berhasil, kawan! Aku menunggu telurnya matang sambil bolak-balik ke kamar (capek, deh!). Soalnya, lama banget! Wong, apinya aja yang paling kecil. Ini bukan cara memasak yang baik ya, teman-teman. Harusnya ya ditungguin, nanti kalau gosong gimana?
Segera setelah tercium bau matang, aku membalikkan telurnya ke piring yang tadi; yang juga digunakan sebagai piring saji.Ada bagian yang sedikit gosong di bagian bawah Omelette: tapi itu tidak mempengaruhi rasanya; sama sekali! Setelah itu, aku taruh Omelettenya diatas meja makan, memarut keju diatasnya; dan keju-keju itu langsung berjatuhan dibawahnya, dan menaburi bawang goreng tepat diatas Omelette. Sehabis itu, aku membaginya menjadi 8 bagian tidak sama besar dengan masing-masing jari-jari 11 sentimeter. Jadinya seperti ini kawan:


Setelah aku hidangkan kepada keluargaku, adikku yang bernama-panggilan Jack mencobanya pertama kali. Nurul dan Diah mencobanya setelah mereka buat Omelette mereka sendiri (lebih tepatnya telur dadar). Bapak mencobanya pada saat makan malam. (Aku memang menghidangkannya tepat saat makan malam). Dan, Bunda mencobanya setelah shalat maghrib. Seandainya ada mayonaise, pasti Omelette ku terasa lebih lezat. Tapi tanpa mayonaise, Omelette-ku sudah terasa lezat, kok. Aku bilang sendiri sih, kebanyakan garamnya. Tapi, yang lain bilang, ini sudah pas kok. Semua memuji Omelette buatanku dengan berbicara (seperti yang kutulis di lembar PBC):
“Omelettenya enak... Baik... “ –Zakaria Rahmat Pratomo (adik)
“Gurih, enak rasanya, juga bagus.” –Nurul Khatimah (adik)
“Enak, bagus, rapih!” –Harini Agustina (Bunda)
“Jempol buat Omelettenya.” –Nu’aim Badrul Kamal (Bapak)
Tugas ini membuatku tahu bagaimana cara memasak di saat-saat kritis; begitu kata Bunda. Memnag, aku senang Bahtera gurunya unik-unik dan cerdas-cardas. Sampai membuat tugas saja, yang unik-unik. Samapai kami diminta menerjemahkan resep Omelette (yang ada di lembar PBC) ke bahasa Inggris. Jika kau mau membuatnya di rumah, ini dia resep Omelettenya  (untuk 4 orang):

Bahan:
-2 sdm tepung terigu
- 4 butir telur ayam
-50 ml air
-1 sdm tepung maizena
-1 sdt garam
-1 siung bawang putih
-1/2 sdt merica bubuk

Isi:
-10 helai sawi hijau/bayam, blansir, iris kasar
-100 g daging ayam cincang, sangrai

Cara membuatnya:
1. Kocok telur bersama bahan lainnya hingg a rata.
2. Panaskan wajan dadar 18 cm, olesi sedikit margarin.
3. Tuangkan setengah bagian adonan telur.
4. Taburkan bahan isi diatasnya.
5. Tuangkan sisa telur, masak hingga bagian bawahnya kering
6. Balikkan, masak sisi yang lain hingga matang.
7. Angkat, taburi bawang goreng.
8. Sajikan hangat.

Begitulah pengalaman dan cara membuat Omelette ku. Terima kasih sudah membaca. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua.
                               




Rabu, 08 Oktober 2014

Hiking SMP Bahtera

Hari ini aku sangat senang. Karena, hari ini adalah waktu dimana acara Hiking SMP Bahtera dilaksanakan. Kami berjalan sepanjang 15 kilometer menyusuri Gunung Parongpong dan berhenti di tempat yang ditunggu-tunggu;Curug Bubrug. Salah satu hal yang kusukai saat Hiking adalah menyusuri kebun teh, ini dia fotoku bersama adikku saat menyusuri kebun teh:



Dan hal yang kusuka lagi adalah bermain di air terjun. Kami saling menyiprat-nyipratkan air satu sama lain. Aku mencari batu dan berlomba untuk melempar; siapa yang paling jauh dan aku juga berenang meskipun hanya sesaat. Kegiatan hari itu sangat menyenangan. Ditambah kekompakan anak-anak Bahtera yang tak tertandingi pada saat berfoto di Air Terjun; atau biasa disebut Curug Bubrug tersebut.


Sehabis main air, aku juga makan di atas daun pisang. Setelah itu, kami mengganti baju kami yang basah dengan yang baru; tentu saja, kali ini tidak basah. Aku bermain air lagi sambil menunggu antrian yang panjang saat mengganti baju. Walaupun akhirnya, Bapakku memintaku untuk berhenti dengan alasan yang lain sudah siap-siap untu pergi (yang sebenarnya belum siap-siap). Meskipun kamar mandinya tidak bisa ditutup sepenuhnya, aku sudah cukup puas dengan fakta aku bisa mengganti baju di hari yang dingin dan baju berbalut air dingin yang basah itu (pada saat itu).


Aku juga pergi melewati hutan-hutan cemara yang tak kalah indahnya dengan hutan hujan yang biasa terlihat di area Hiking kami. Aku memang paling suka pohon cemara daripada pohon-pohon yang lain. Lihat ini, fotoku saat melewati hutan cemara yang di sekelilingnya ada jalan setapak.  


Aku menikmati beberapa aspek dari hutan cemara yang merupakan tempat dimana hawanya terasa sejuk.
Untuk informasi, aku berjalan Hiking bersama kelompokku alias kelompok Bunga Bangkai, yang anggotanya terdiri dariaku, Sulfa, Aurora, dan Naya. Kelompok kami dibimbing oleh Bu Lenny dari Sekolah Cerdas Muthahhari.  Berikut fotoku dan kelompokku di suatu padang yang indah:


Aku juga melewati padang rumput yang sangat indah. Di sana, aku berfoto seperti apa yang diceritakan oleh fotoku dibawah ini. Beberapa diantaranya adalah potretan Bapakku dan sisanya adalah potretan adikku.


Di bis saat berangkat; sungguh, aku merasa ceritaku ini sangat tidak runtut. Aku juga menyanyi lagu-lagu dari Taylor Swift dan Demi Lovato. The one named 22, Ours, and Really Don’t Care. Di bis juga, banyak anak-anak yang bercanda ditemani Bu Ayi yang selalu ceria. Sedangkan anak cewek, mereka sibuk dengan obrolan mereka masing-masing. Beberapa di antara mereka ada yang diam ataupun mendengarkan lagu. Contoh yang mendengarkan lagu adalah Syifa, teman sekelasku. Sayangnya, aku tidak memotret dia (alias Syifa) sedang mendengarkan lagu.
Suasana saat berangkat di bis:


Pulangnya, aku melewati jalan-jalan setapak; seperti yang dilewati oleh yang lain juga. Aku melewati batu-batu di sungai dan terpeleset sehingga sepatu olahragaku kecemplung di air aliran Curug-nya. Perjalanan pulang jauh lebih pendek ketimbang saat pergi. Perjalanan pulang lebih identik dengan pemandangan perkebunan daripada pemandangan perhutanan; yang lebih dominan saat perjalanan pergi ke Curug. Aku juga berfoto saat perjalanan pulang. Kebanyakan, aku juga berfoto di jalan setapak: pergi maupun pulang. Meskipun, Pak Budi sudah memberitahukan agar tidak berfoto saat berada di jalan setapak. Memang, kadang-kadang, nakal itu perlu ya, teman-teman.


Begitulah ceritaku tentang perjalananku Hiking (di Parompong) hari ini. Aku sangat ingin hiking lagi, kalau bisa yang melewati hutan-hutan; bukan melewati perumahan seperti saat Hiking tadi. Itulah yang kurang dari Hiking tadi (menurutku).  Kesan pesanku cukup simpel, aku sangat senang bisa Hiking bersama teman-teman hari ini. Aku berharap, kapan-kapan SMP Bahtera bisa mengadakan hiking lagi di trek yang lebih menantang dan perjalanan yang lebih jauh. Aku atakan ini sebagai anak yang energizer. Memang, asal kau tahu, tenagaku ini besar. Aku minta maaf untuk sudden and rudely a penutupan. Tapi, sekian ceritaku. Aku harap kau mau berbagi ceritamu. Jadi endingnya; Ini ceritaku, apa ceritamu? Kapan-kapan kita Hiking bareng, yuk… Hehehe… Ini dia beberapa fotografiku dari pemandangan saat kami Hiking:








Jumat, 19 September 2014

Aku Ningsih

Aku adalah Ningsih. Gadis pemikir yang kurang nakal. Kalian tahu apa yang disebut pikiran ngerumpel kayak gitu. Nggak enak banget. Karena kalian nggak menikmati saat ini kalian jadi mikir yang aneh-aneh. Saat kalian nggak mau makan tapi malah makan dan berpikir kalau kalian gendut? Saat ada Uwa Zamzam dan para Salik setiap kali kalian nggak menikmati kegiatan kalian saat ini. Dan kalau kalian suddenly pengen nyorat-nyoret tugas sama ngerobek-robekinnya. Dan kalian berpikir kalau kalian adalah anak ABK karena bolak-balik sama mau ngorak-ngorek tempat sampah dan kalian merasa melakukan itu salah tapi kalian harus tetap melakukannya, anyway.
Dan saat kalian nggak punya sense untuk melakukan sesuatu dan merasa yang kalian lakukan nggak berguna. Dan kalian merasa rigid and fragile at the same time. Saat itu, kalian tahu apa isi hati kalian tapi kalian harus melakukan perang antara hati dan logika dan isi hati kalian selalu bener tapi salah at the same time karena logika kalian. Dan saat orang lain bilang diem, diem, atau belum atau dipikirin atau Astaghfirullah atau astaga. The way Agist say that to me, it is so annoying. I can't stand it. Tapi tetap saja itu momen yang aku tunggu-tunggu dan diikuti. Sudah kubilang, aku kurang nakal.
The way Shadra bilang susah lalu pergi begitu aja. The way Bu Adjeng bilang apa lagi yang mengabdi. The way Om Agus bilang take a hope on your wings. The way Uwa Zamzam bilang jiwamu bersayap dan menemukan diri sendiri dan dapet Ridha Allah dan Allah sudah membukakan pintu Ridha. Dan other perkataanku yang diekspresikanku lewat orang lain dalam pikiranku. Dan the way Teh Witrin berbicara padaku, it is really something. It's fearless.
Kurang nakal-nya aku kata Bapak adalah kurang seneng-seneng; kurang hepi-hepi. Itu memang benar, karena kalau aku main saja aku bisa berpikir: aku main sambil ketawa-ketawa. Itulah aku, main saja bisa mikir. Mungkin (yang termasuk kata kurang nakal), aku bisa mengekspresikan emosiku lewat tulisan rather than ngomong. And, this is it. I made it! Ini luapan emosiku tentang bagaimana aku menulis FB-ku di depan kelas dan aku pikirkan lagi. I'm totally kurang nakal! Aku suka baca Merriam-Webster, makanya Bahasa Inggris ku gini :-)

Animal Farm

Animal Farm
All the Animal Farm are working to make a windmill. They work all day all night just to make the windmill. Season after season just pass. And the windmill-work just done after one year long. But then, all the people in the bar are jealous because Animal Farm seems to be making much money for Mr. Whimper; that has to be an Animal Farm owner. They just go demo-ing with all their big-fork and their torch. One of them, who go anyway with his drinking-habit go to the windmill and just explode it with self-exploding-bomb and just die within it. All Animal Farm are shocked and go to their old-way; working hard all day all night. Boxer and Benjamin are once again wearing the medal of most-hardwork-Animal Farm-ever.
One day, Boxer and Benjamin are working in the storm. Boxer is trying to lift one rock with a rope and a storm just strike it down and the rock fall down exactly at Boxer’s head. Benjamin are sobbing and crying (still with his running to other Animal Farm). You see, they are all seeing Boxer and thought he was dead. But, no! Boxer is still alive and his left-leg is badly injured. So, Boxer could not longer doing all his hardwork, again.
And the pig family, they are lazy, bossy, and arrogant. They claim themselves as the ruler of Animal Farm. Napoleon is their leader; as I know it. Snowball, is dead, because all the pigs and the dog are killing her; as they said. Other Animal Farm are acting as usual, loyal to their master, hard-worker, and cooperated among themselves. And The Hen, they are protective for their eggs, and, too, loyal to their master. As we know, it is their responsbility to be loyal to their master, as well.
In one other day, a once-they-called Death Wagon go to Animal Farm, and bring Boxer with his injured legs go to Mr. Whimper Glue Factory. One by one accidents happen, and the pigs, are drinking the whiskey that worth, who knows, Boxer’s life. Otherwise, Boxer is dead because of simply a Death Wagon bring him to his death.
Animal Farm do not want to live under Pig’s Rule. With all their dirty habits and menial to other Animal Farm. Menial means enslaving. All I mean is The Pig is enslaving other Animal Farm, live a luxury-life, and greedy with the food from other Animal Farm. Squaler is a reporter and assistant to Napoleon. And all I can told you about Napoleon is:  Napoleon is a big pig with black skin and ambitious for more money from Animal Farm. Napoleon is totally greedy, for simple explanation.

Years pass on Animal Farm, and the pigs become more and more like human beings—walking upright, carrying whips, and wearing clothes. Eventually, the seven principles of Animalism, known as the Seven Commandments and inscribed on the side of the barn, become reduced to a single principle reading “all animals are equal, but some animals are more equal than others.”Looking in at the party of elites through the farmhouse window, the common animals can no longer tell which are the pigs and which are the human beings.

Selasa, 16 September 2014

Berteman

Berteman itu nggak susah, kok. Kita hanya perlu bergaul dengan orang yang tepat aja. Tapi berteman dengan semua teman di sekolah kamu itu wajib, ya. Cuman, jangan malu buat nanya nama, misalnya kita ketemu seseorang yang atraktif di kantin terus kamu langsung aja nanyain namanya; jangan malu-malu! Dan, note banget ini ya, kalau dibilangin SKSD  alias sok kenal sok deket biarin aja. SKSD itu baik, kok. Dan kamu hanya perlu tersenyum setiap kali bertemu orang yang kenal sama kamu. Inner beauty itu yang terpenting. Kalau inner beauty nya muncul, pasti outside beauty-nya juga kena. Kamu selalu cantik kok (setiap kali kamu tersenyum). Terus, kita juga harus nggak boleh malu-malu dalam menyampaikan pendapat kita. Pikirkan juga (tapi nggak usah mikir-mikir banget ya) kalau mau ngomong sesuatu yang ngena banget. Kayak misalnya, bapak kamu kerjanya apa atau yang lain-lain semacam itulah! Atau mungkin crush atau apapun itu namanya. Kalau mau jadi teman yang baik, buat setiap perkataanmu itu berarti; jangan ngomong yang sia-sia! Dan kalau mau jadi temen yang baik juga, jadilah pendengar yang baik. Karena aku juga pernah pengalaman, aku malu banget kalau ngomong sama temen yang nggak deket karena dibiasain kalau mau ngomong mikir dulu. Dan aku juga pernah pengalaman kalau ngomong sama temen nggak mikir dulu, alias langsung ceplas-ceplos sampai nggak ngerti apa yang aku bicarain itu; dan itu juga nggak baik.
Kalau kamu kesepian, jangan cuma duduk di meja sambil bengang-bengong doang, kamu harus samperin temen yang lain: daripada di meja mikir yang nggak-nggak. Tapi itu juga tergantung sama kamu sih, apakah kamu orang yang pendiem atau nggak. Introvet (seriing berkomunikasi di ‘dalam’ diri) atau ekstrovet (cenderung berkomunikasi di’ luar ‘ diri). Kalau aku sih, tengah-tengah ya. Dan satu lagi, kamu jangan minder, jangan pikirin kalau ada orang yang bilang kamu gendut, atau apa kek. Kalau dibilangin gitu; dan kamunya juga ada sesuatu yang mengganjel, lebih baik cerita aja. Ke Mama atau ke sahabat (Itu alternatif yang baik, kok!). Daripada, kamu pendem terus dan pada suatu hari sesuatu itu ke luar dalam emosi yang meledak-ledak!—itu juga nggak baik, kan. Makanya, kamu kalau ada sesuatu yang terpikir di kepala atau terasa di hati, langsung ngomong aja! Nggak apa-apa ngomong sendiri, juga. Daripada, dipendem dalam hati dan kamunya juga nggak, enak. Iya, kan?
Ibarat gunung di tengah laut, gunung yang muncul di luar itu adalah kesadaranmu, dan gunung yang di dalam adalah ketidaksadaranmu. Kalau kamu terus masukin masalah kamu ke dalem terus, nanti gimana kalau suatu hari gunung itu meledak? Nanti gimana kalau kamu terus nggak enak karena alam bawah sadarmu banyak ganjelannya? Nggak enak banget, kan. Makanya, apa-apa itu harus diomongin! (Selama kamu nggak keberatan dengan omongan kamu itu). Dan kamu juga harus percaya diri! Selama kamu dengerin saran aku, Insyaallah kamu nggak punya masalah apa-apa sama temen kamu. Oh ya, dan (satu) lagi, kamu juga jangan ngeganggu temen kamu, ya. Kecuali kalau hanya bercanda (nggak apa-apa). Bercandanya juga jangan berlebihan ya, kalau temen kamu sampai sakit perut atau merintih-rintih kesakitan karena becandaanmu itu; itu berarti bercandaanmu sudah berlebihan! Hentikanlah bercanda sampai seperti itu! Walaupun, sakit perut karena ketawa itu enak dan menyehatkan ya (maksudnya ketawanya; yang enak dan menyehatkan). Ambillah jalan tengah, kalau sedih jangan terlalu sedih dan kalau senang juga jangan terlalu senang. Sak madyo, saja.

Begitulah saranku tentang how to make your friendship long last (apa ini?). Semoga bermanfaat ya. Wassalam.

Minggu, 14 September 2014

Pengalamnku: Tidak Senang Belajar Agama

Aku belajar Tajwid di Mutiara Hati, suatu hari Guru Tajwid-nya; yang aku lupa namanya. Datang ke kelas dan ingin mengajar seperti biasa. Tapi, temanku Bila menyeletuk, gini:
"Pak, main game yuk!"
"Iya, Pak." Timpal Salsa.
"Ayo, Pak! Main game ah!" Iffa bilang.
Aku juga ikut menimpali. Memang, saat itu aku paling suka main game pas pelajaran. Namanya juga asyik ya...
Tapi Ghulam bilang; "Nggak, ah, Pak! Namanya juga belajar. Ya... Belajarlah!"
"Iya, masa main mulu. Belajar atuh!" Kata Wisnu.
"Iya, belajar atuh lah!" Celetuk Gilang.
Mayoritas anak cowok bilang belajar. Dan mayoritas anak cewek; termasuk Tasya mintanya bermain. Alasannya: "kan belajar sambil bermain, Pak!"
Aku tahu meminta bermain game setiap kali ada guru datang ke kelas adalah hal yang kekanak-kanakan untuk dilakukan. Tapi, aku tetap melakukannya, anyway.
Akhirnya, kami bermain game yang tidak seru. Untuk sebenarnya, aku cukup kecewa karena game yang dimainkan tidak seru, membosankan, dan hanya sebentar. Entah kenapa, aku juga merasa malu sama anak cowok karena game-nya nggak seru. It really pissing me off, seriously.
Lanjutannya, kami malah belajar Tajwid (sebenarnya nama pelajarannya bukan Tajwid; aku lupa namanya: tapi untuk kata ganti lebih baik aku pilih kata sebagai berikut:
Tajwid.
Kadang, ter-pissing-off-kan adalah option yang baik untuk membuat kita menjadi tambah kuat. I'm serious.

Sekali lagi, cerita tentang tidak senang belajar Agama...

"Ningsih tulis ya." Kata Bu Nur sambil memberikan selembar kertas padaku: kertas tersebut berisi tugas yang akan diberikan kepadaku dan teman-teman.
"Ya, Bu." Jawabku singkat sambil malu-malu; begitulah sikapku kira-kira saat berada di Ruang Guru.
Aku mulai kembali ke kelas dan menuliskan tugas tersebut menggunakan spidol yang aku tidak tahu isinya.
Spidol itu permanen!
Pertama, Anika mengejekku dengan perkataan: "Wayolo, Siti!" Dilanjutkan Ari dan Angel mengolok-olokku dengan cara mereka sendiri-sendiri. Kalau tidak salah, ada orang lain yang mengejekku; tapi, tetap, yang paling kuingat adalah ejekan Anika, Ari, dan Angel.
"Walu, Siti! Dimarahin, lu! Mampus, mampus!" Cemooh Angel.
"Yaaaahhhhh... Siti! Mampus lu Ning, dimarahin Bu Nur, lu!" Kata Ari.
Aku hampir menangis (yang kutahan). Akhirnya, Bu Nur datang dan menanyakan apa yang terjadi:
"Ini ada apa anak-anak malah ribut bukannya ngerjain tugas?!" Jelas Bu Nur (bilang gitu).
Anak-anak masih mengabaikan Bu Nur: aku juga turut prihatin sama Bu Nur karena Bu Nur adalah guru yang terabaikan oleh anak-anak muridnya.
(Kelas masih ramai seperti Pasar.)
Anak-anak (yang nggak semuanya) melaporkan apa yang terjadi kepada Bu Nur dengan nada yang nggak nyelaw. Selon. Tapi sebelumnya aku yang bilang terlebih dahulu ke Bu Nur. Silakan kalau mau bingung.
At the last, aku membersihkan noda permanen dengan minyak kayu putih, seraya Bu Nur menasehati teman-teman:
"Kalian itu maunya cuman ngomong doang. Ningsih itu udah bagus; udah mau berusaha!" Hanya Bu Nur saat itu yang benar-benar perhatian sama aku.
Akhirnya juga, papan tulisnya menjadi bersih kembali ��.
Aku dan Anika ke kantin bareng. Untuk kesekian kalinya, aku memaafkan Anika karena pembullyannya tanpa ia meminta maaf terlebih dahulu. Aku memang sabar. Tapi, hal seperti itu membuatku lebih kuat lagi. Sebagai bukti, sekarang aku sudah tak mempan lagi kalau mau dibully. Begitulah hidupku.

Sekian ceritaku tentang tidak senang belajar Agama, terima kasih sudah membacanya. Luv u.

Siti Cahyaningsih

Pengalamanku: Senang Belajar Agama

Aku belajar Agama di Mutiara Hati. Disana, ada guru bernama Pak Hasan. Pak Hasan orangnya sangat humoris. Aku suka sekali dengan Pak Hasan. Sampai pada suatu kali, aku mendengarkan cerita Pak Hasan edisi Ramadhan. Aku lupa bagaimana detil ceritanya. Tapi, aku serius, itu sangat lucu. Sangat menghibur aku dan teman-teman.
Sampai akhirnya; yang jadi jalannya juga: aku dan teman-temanku (ya, iyalah!) nggak belajar Agama selama bulan Ramadhan. Apa cuma tiga kali yang ceritanya seru banget; apa gimana? Aku lupa! Tapi se-nggak-serunya Pak Hasan tetep seru banget, kok. Pak Hasan juga mencantumkan nilai-nilai moral dalam cerita beliau. Itu membuat kami tertawa dan belajar di waktu yang sama. Pelajaran moral; pelajaran yang tak hanya mengejar nilai belaka, sekaligus juga pelajaran yang akan benar-benar dipakai dalam hidup. Walaupun, pelajaran akademik secara langsung adalah taktik jitu untuk menata pikiran. Semua pelajaran; bahkan segala sesuatu yang kita lakukan akan menjadi pelajaran bagi hidup kita.  Dan akan menjadi bekal untuk hidup kita selanjutnya. Sudah, ah! Ini malah jadi ceramah.
Ya, aku menyukai Pak Hasan sebagai guruku. Beliau selalu melanturkan lawakan-lawakan segar yang membuat pikiran menjadi fresh. Seperti memasukkan pelajaran ke kepalaku (atau kami) dengan sangat-sangat ringan. Memberikan ulangan yang mudah namun berbobot, menambah hafalan dengan cara yang mengasyikkan, dan lain sebagainya yang membuatku (atau kami; sebagai kata ganti) menyukai Pak Hasan.

Begitulah ceritaku tentang Pak Hasan. Sekarang, kita ganti ke topik lain, yuk!

Aku menyukai pelajaran Agama saat subjek pembelajarannya seru. Sebagai contoh, kita ambil "Hari Kiamat". "Kenapa seru?" Karena di dalamnya terdapat contoh-contoh ekstrem yang membuat bulu kuduk kita merinding dan hal-hal seperti itu. Hal-hal yang ekstrem selalu membuatku bersemangat. Dan hal itu pula yang memacuku untuk belajar lebih giat lagi. Aku suka pelajaran Agama karena gurunya asyik. Mereka bercerita dengan penuh semangat tanpa peduli apa kata orang menilai mereka. Itu membuatku senang dan otomatis membuatku senang belajar Agama Islam. Aku (sebagai Ningsih) juga menyukai suatu pelajaran jika pelajaran itu mudah. Sebagai contoh, aku menyukai pelajaran Agama saat aku bersekolah di SDN Pejaten Timur 18 PG karena pelajaran Agama-nya cenderung mudah. Aku selalu selesai duluan (dari teman-teman) kalau ada tugas: dan tugasnya itu gampang banget! Aku tinggal nyari-nyari sebentar, habis itu langsung masuk ke otak tanpa perlu belajar lagi. Asyik banget, kan? Hal-hal seperti ini juga memacuku untuk menyukai suatu mata pelajaran. Bagaimana menurutmu? Bukankah aku seseorang yang sangat beruntung untuk masih diperbolehkan berjalan di bawah tujuh lapis langit yang biru? Bukankah iya? Don't you think so? I hope you think so.

Bye, thank you for reading my article. I love you.

SITI CAHYANINGSIH

Selasa, 09 September 2014

Pengalamanku Mengikuti Lomba Hafalan

Aku pernah bersekolah di SDIS Mutiara Hati. Di sana, seluruh murid di kelas selalu menambah hafalan bersama-sama sehabis Shalat Dhuha. Aku dan teman-teman menghafal surat-surat di Juz 'Amma dengan cara ini:
"Iqra' bismi rabbi kal ladzi khalaq." Kata Bu Firda yang sedang mengajarkan surat Al-Alaq ayat 1 itu. Dan kami, (sebagai murid) mengikuti kembali ucapan Bu Firda.
"Nah, sekarang, ayo dua kali lagi ulanginya!" Ajak Bu Firda kepada murid-murid beliau. Sekali lagi kami mengikuti instruksi beliau
Seraya bibirku mengucapkan mimik surat itu, aku berkata dalam hati,"Kini, aku berada di kelas 4 Zaid bin Haritsah. Kelas yang rame dan berisik."
Aku memerhatikan aspek dalam kelasku itu; teman-temanku dan suasananya. Mereka semua macem-macem! Si Ghulam nyeleneh ke guru, Salsa sama Bila sedang sibuk ngafalin sendiri, Ehhhhh... Wisnu malah asyik ngobrol. "Sekelas aja aku perhatiin sekilas." Begitu opiniku tentang aku saat itu.
Kami menghafal surat Al-'Alaq dari ayat 1 sampai 5.
Kami terus mengulangi kegiatan ini. Setiap Senin-Jumat. Menghafal dan belajar surat-surat di Juz 'Amma sangat mengasyikkan bagiku.
Dari situlah aku bisa menghafal Juz 'Amma sampai surat sebelum 3 surat awal Juz 30, aku lupa namanya; ini adalah salah satu alasan mengapa aku suka Mutiara Hati.

Sementara di tempat pengajianku, Al-Furqan. Aku ditawari oleh Teh Diah (guru pengajianku) untuk mengikuti lomba hafalan. Aku sendiri yang tertarik dengan lomba itu menyetujui untuk mengikutinya. Walaupun, teman-temanku berkomentar, "Ih, kalau aku mah males." Tapi, tak apa, aku menguatkan niatku untuk mengikuti lomba. Bismillah.
Aku berlatih hafalan di Mutiara Hati seperti biasa. Sampai tiba hari Sabtu itu.
Kontestan dari Pengajian Al-Furqan hanya satu; yaitu aku sendiri. Dan adikku yang bernama Diah, mengikuti lomba mewarnai. Hanya saja Diah mengikuti lomba untuk mewakili Mutiara Hati, bukan Al-Furqon.
"Ananda Siti Cahyaningsih, silakan maju ke depan..." ucap seseorang lewat mikrofon.
Sekaranglah saatnya tiba giliranku, aku melafalkan surat yang diminta oleh para Juri. Aku dapat melafalkannya dengan lancar, walaupun ada yang tersendat-sendat. Aku akhirnya berhasil maju ke depan!
Aku sangat senang karena Teh Diah (guru di pengajianku) menemaniku dan bilang kalau tampilan dan bacaanku bagus. Alhamdulillah Ya Allah.
Alhasil, aku tak menang. Tak apa, ini menjadi pengalaman baru bagiku. Aku senang dapat berada di sini hari ini dan saat ini.
"Ningsih teh bagus, hafal suratnya. Tapi, bacaannya nggak pake murattal, jadinya kalah deh sama yang pake murattal." Ucap Teh Diah sambil menanpilkan senyum khasnya kepadaku dan teman-temanku. Diantara mereka adalah Teh Tiwi dan Sarah; mereka yang berbicara:
"Langsung gak mau gue mah, males soalnya." Kata Teh Tiwi.
"Iya, aku juga, males." Jawab Sarah.
Teman-temanku masih mencintaiku. Mereka bilang, "Ningsih hebat! Hafaleun euy!" Begitu kira-kira versiku tentang omongan mereka pada kala itu. Aku pun tersenyum mengingat semua ini. Whoever read this, I love you.
Inilah kata-kata terakhirku:
Terima kasih Mutiara Hati dan Al-Furqon, berkatmu, aku jadi hafal banyak doa dan hafalan.
Terima kasih sudah membaca. Aku senang kalian membaca karyaku.

Salam pecinta hafalan,
Siti Cahyaningsih

Pembukaan

Bandung, 9 September 2014

Perkenalkan, nama saya Siti Cahyaningsih, biasa dipanggil Ningsih. Sekarang, saya bersekolah di SMP Bahtera Muthahhari. Mulai sekarang, saya akan menge-post tentang diri pribadi saya. Bagi yang mau bertegur sapa dengan saya silakan kirim email ke < siticahyaningsih550@gmail.com >. Terima kasih sudah mampir ke blog ini. Semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua ;-)

Salam cinta,
Siti Cahyaningsih