Aku diberi tugas oleh sekolahku untuk
membuat Omelette. Tugas ini adalah Project Based Curriculum (PBC) dengan tema
Omelette Party. Tugas ini diberikan saat liburan Home Visit. Home Visit adalah
saat guru-guru berkunjung ke rumah murid-murid untuk memberikan laporan hasil
pembelajaran. Tugas ini sangat unik; kami diminta belanja, memasak, mengukur,
dan menceritakan segala sesuatu tentang Omelette (yang kami buat sendiri). Aku
senang mengerjakannya karena tugas ini begitu unik dan mendidik. Berikut ceritaku
tentang membuat Omelette:
Aku sedang berada di Jakarta untuk liburan menemui keluarga
intiku.
Aku pergi berbelanja bersama Bapakku. Kami berbelanja di
Carrefour. Untuk bahan Omelette, kami hanya membeli daging giling sebagai
pengganti ayam cincang di resep Omelette: karena bahan yang lainnya sudah ada
di rumah. Yang lainnya, kami membeli
sabun, shampo, dan Chunky Bar untuk dimakan bersama-sama. Sungguh enak, aku
benar-benar suka Chunky Bar—kami memakannya segera setelah kami sampai di
rumah. Oh iya, tentang belanja, kami diminta memakai tas buatan kami saat UTS
atau kertas berbahan tisu untuk kelas 9; karena, kelas 9 UTS PLH nya presentasi;
bukan membuat tas. Ini dia fotoku sehabis berbelanja di Carrefour:
Aku baru memasak sehari setelah berbelanja. Aku memasaknya tepat
sore hari setelah aku berenang bersama Bapak dan adik-adikku. Aku memasak saat
maghrib; saat aku sampai ke rumah. Aku memang berenang cukup lama; Bayangkan, 4
jam! Tapi itu waktu yang sangat sebentar jika aku lakukan bersama adik-adikku. It was a great day for me!
Pertama-tama,aku mencampur semua bahan; telur, tepung
terigu, tepung maizena, merica, garam, air, dan bawang putih cincang. Telurnya
aku masukkan 5; sedangkan, di resep tertulisnya 4. Jadi, bahan-bahan lain juga
aku lebihkan takarannya sedikit demi kesetaraan rasa Omelette yang aku buat
ini. Bunda membantuku memecahkan gumpalan-gumpalan terigu di adonan telur.
Bunda juga mengajariku cara memecah-mecah daging giling yang beku. Sebelum
menggoreng telurnya, aku memotong-motong sawi terlebih dahulu dan mengoleskan
mentega di atas panci pengorengan. Lalu aku menuangkan setengah dari adonan
telur itu ke wajan berdiameter 22
sentimeter (lebih 4 senti dari yang ditentukan; yaitu 18 sentimeter). Aku
menyalakan apinya dengan kecil sekali; supaya tidak gosong. Lalu, aku
menaburkan semua bahan isi diatasnya. Setelahnya, aku juga menuangkan setengah
dari adonan telur sisanya. Lalu.
kutunggu telur bagian bawahnya sampai matang.
And, this is it; the
climax. Bagaimana cara membalikkan telur berdiameter 22 senti tersebut?
Akhirnya, Bunda menemukan caranya. Bunda mengambil piring yang seukuran dengan
Omelette (dan tentu saja panci) tersebut. Lalu bunda membalikkannya dan tadaaaaa Bunda berhasil, kawan! Aku
menunggu telurnya matang sambil bolak-balik ke kamar (capek, deh!). Soalnya,
lama banget! Wong, apinya aja yang
paling kecil. Ini bukan cara memasak yang baik ya, teman-teman. Harusnya ya
ditungguin, nanti kalau gosong gimana?
Segera setelah tercium bau matang, aku membalikkan telurnya ke piring yang tadi; yang juga
digunakan sebagai piring saji.Ada bagian yang sedikit gosong di bagian bawah
Omelette: tapi itu tidak mempengaruhi rasanya; sama sekali! Setelah itu, aku
taruh Omelettenya diatas meja makan, memarut keju diatasnya; dan keju-keju itu
langsung berjatuhan dibawahnya, dan menaburi bawang goreng tepat diatas
Omelette. Sehabis itu, aku membaginya menjadi 8 bagian tidak sama besar dengan
masing-masing jari-jari 11 sentimeter. Jadinya seperti ini kawan:
Setelah aku hidangkan kepada keluargaku, adikku yang
bernama-panggilan Jack mencobanya pertama kali. Nurul dan Diah mencobanya
setelah mereka buat Omelette mereka sendiri (lebih tepatnya telur dadar). Bapak
mencobanya pada saat makan malam. (Aku memang menghidangkannya tepat saat makan
malam). Dan, Bunda mencobanya setelah shalat maghrib. Seandainya ada mayonaise,
pasti Omelette ku terasa lebih lezat. Tapi tanpa mayonaise, Omelette-ku sudah
terasa lezat, kok. Aku bilang sendiri sih, kebanyakan garamnya. Tapi, yang lain
bilang, ini sudah pas kok. Semua
memuji Omelette buatanku dengan berbicara (seperti yang kutulis di lembar PBC):
“Omelettenya enak... Baik... “ –Zakaria Rahmat Pratomo
(adik)
“Gurih, enak rasanya, juga bagus.” –Nurul Khatimah (adik)
“Enak, bagus, rapih!” –Harini Agustina (Bunda)
“Jempol buat Omelettenya.” –Nu’aim Badrul Kamal (Bapak)
Tugas ini membuatku tahu bagaimana cara memasak di saat-saat
kritis; begitu kata Bunda. Memnag, aku senang Bahtera gurunya unik-unik dan
cerdas-cardas. Sampai membuat tugas saja, yang unik-unik. Samapai kami diminta
menerjemahkan resep Omelette (yang ada di lembar PBC) ke bahasa Inggris. Jika
kau mau membuatnya di rumah, ini dia resep Omelettenya (untuk 4 orang):
Bahan:
-2 sdm tepung terigu
- 4 butir telur ayam
-50 ml air
-1 sdm tepung maizena
-1 sdt garam
-1 siung bawang putih
-1/2 sdt merica bubuk
Isi:
-10 helai sawi hijau/bayam, blansir, iris kasar
-100 g daging ayam cincang, sangrai
Cara membuatnya:
1. Kocok telur bersama bahan lainnya hingg a rata.
2. Panaskan wajan dadar 18 cm, olesi sedikit margarin.
3. Tuangkan setengah bagian adonan telur.
4. Taburkan bahan isi diatasnya.
5. Tuangkan sisa telur, masak hingga bagian bawahnya kering
6. Balikkan, masak sisi yang lain hingga matang.
7. Angkat, taburi bawang goreng.
8. Sajikan hangat.
Begitulah pengalaman dan cara membuat Omelette ku. Terima
kasih sudah membaca. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua.