Minggu, 12 Oktober 2014

Omelette Party

Aku diberi tugas oleh sekolahku untuk membuat Omelette. Tugas ini adalah Project Based Curriculum (PBC) dengan tema Omelette Party. Tugas ini diberikan saat liburan Home Visit. Home Visit adalah saat guru-guru berkunjung ke rumah murid-murid untuk memberikan laporan hasil pembelajaran. Tugas ini sangat unik; kami diminta belanja, memasak, mengukur, dan menceritakan segala sesuatu tentang Omelette (yang kami buat sendiri). Aku senang mengerjakannya karena tugas ini begitu unik dan mendidik. Berikut ceritaku tentang membuat Omelette:

Aku sedang berada di Jakarta untuk liburan menemui keluarga intiku.
Aku pergi berbelanja bersama Bapakku. Kami berbelanja di Carrefour. Untuk bahan Omelette, kami hanya membeli daging giling sebagai pengganti ayam cincang di resep Omelette: karena bahan yang lainnya sudah ada di rumah.  Yang lainnya, kami membeli sabun, shampo, dan Chunky Bar untuk dimakan bersama-sama. Sungguh enak, aku benar-benar suka Chunky Bar—kami memakannya segera setelah kami sampai di rumah. Oh iya, tentang belanja, kami diminta memakai tas buatan kami saat UTS atau kertas berbahan tisu untuk kelas 9; karena, kelas 9 UTS PLH nya presentasi; bukan membuat tas. Ini dia fotoku sehabis berbelanja di Carrefour:

Aku baru memasak sehari setelah berbelanja. Aku memasaknya tepat sore hari setelah aku berenang bersama Bapak dan adik-adikku. Aku memasak saat maghrib; saat aku sampai ke rumah. Aku memang berenang cukup lama; Bayangkan, 4 jam! Tapi itu waktu yang sangat sebentar jika aku lakukan bersama adik-adikku. It was a great day for me!
Pertama-tama,aku mencampur semua bahan; telur, tepung terigu, tepung maizena, merica, garam, air, dan bawang putih cincang. Telurnya aku masukkan 5; sedangkan, di resep tertulisnya 4. Jadi, bahan-bahan lain juga aku lebihkan takarannya sedikit demi kesetaraan rasa Omelette yang aku buat ini. Bunda membantuku memecahkan gumpalan-gumpalan terigu di adonan telur. Bunda juga mengajariku cara memecah-mecah daging giling yang beku. Sebelum menggoreng telurnya, aku memotong-motong sawi terlebih dahulu dan mengoleskan mentega di atas panci pengorengan. Lalu aku menuangkan setengah dari adonan telur  itu ke wajan berdiameter 22 sentimeter (lebih 4 senti dari yang ditentukan; yaitu 18 sentimeter). Aku menyalakan apinya dengan kecil sekali; supaya tidak gosong. Lalu, aku menaburkan semua bahan isi diatasnya. Setelahnya, aku juga menuangkan setengah dari adonan telur  sisanya. Lalu. kutunggu telur bagian bawahnya sampai matang.


And, this is it; the climax. Bagaimana cara membalikkan telur berdiameter 22 senti tersebut? Akhirnya, Bunda menemukan caranya. Bunda mengambil piring yang seukuran dengan Omelette (dan tentu saja panci) tersebut. Lalu bunda membalikkannya dan tadaaaaa Bunda berhasil, kawan! Aku menunggu telurnya matang sambil bolak-balik ke kamar (capek, deh!). Soalnya, lama banget! Wong, apinya aja yang paling kecil. Ini bukan cara memasak yang baik ya, teman-teman. Harusnya ya ditungguin, nanti kalau gosong gimana?
Segera setelah tercium bau matang, aku membalikkan telurnya ke piring yang tadi; yang juga digunakan sebagai piring saji.Ada bagian yang sedikit gosong di bagian bawah Omelette: tapi itu tidak mempengaruhi rasanya; sama sekali! Setelah itu, aku taruh Omelettenya diatas meja makan, memarut keju diatasnya; dan keju-keju itu langsung berjatuhan dibawahnya, dan menaburi bawang goreng tepat diatas Omelette. Sehabis itu, aku membaginya menjadi 8 bagian tidak sama besar dengan masing-masing jari-jari 11 sentimeter. Jadinya seperti ini kawan:


Setelah aku hidangkan kepada keluargaku, adikku yang bernama-panggilan Jack mencobanya pertama kali. Nurul dan Diah mencobanya setelah mereka buat Omelette mereka sendiri (lebih tepatnya telur dadar). Bapak mencobanya pada saat makan malam. (Aku memang menghidangkannya tepat saat makan malam). Dan, Bunda mencobanya setelah shalat maghrib. Seandainya ada mayonaise, pasti Omelette ku terasa lebih lezat. Tapi tanpa mayonaise, Omelette-ku sudah terasa lezat, kok. Aku bilang sendiri sih, kebanyakan garamnya. Tapi, yang lain bilang, ini sudah pas kok. Semua memuji Omelette buatanku dengan berbicara (seperti yang kutulis di lembar PBC):
“Omelettenya enak... Baik... “ –Zakaria Rahmat Pratomo (adik)
“Gurih, enak rasanya, juga bagus.” –Nurul Khatimah (adik)
“Enak, bagus, rapih!” –Harini Agustina (Bunda)
“Jempol buat Omelettenya.” –Nu’aim Badrul Kamal (Bapak)
Tugas ini membuatku tahu bagaimana cara memasak di saat-saat kritis; begitu kata Bunda. Memnag, aku senang Bahtera gurunya unik-unik dan cerdas-cardas. Sampai membuat tugas saja, yang unik-unik. Samapai kami diminta menerjemahkan resep Omelette (yang ada di lembar PBC) ke bahasa Inggris. Jika kau mau membuatnya di rumah, ini dia resep Omelettenya  (untuk 4 orang):

Bahan:
-2 sdm tepung terigu
- 4 butir telur ayam
-50 ml air
-1 sdm tepung maizena
-1 sdt garam
-1 siung bawang putih
-1/2 sdt merica bubuk

Isi:
-10 helai sawi hijau/bayam, blansir, iris kasar
-100 g daging ayam cincang, sangrai

Cara membuatnya:
1. Kocok telur bersama bahan lainnya hingg a rata.
2. Panaskan wajan dadar 18 cm, olesi sedikit margarin.
3. Tuangkan setengah bagian adonan telur.
4. Taburkan bahan isi diatasnya.
5. Tuangkan sisa telur, masak hingga bagian bawahnya kering
6. Balikkan, masak sisi yang lain hingga matang.
7. Angkat, taburi bawang goreng.
8. Sajikan hangat.

Begitulah pengalaman dan cara membuat Omelette ku. Terima kasih sudah membaca. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua.
                               




Tidak ada komentar:

Posting Komentar