Selasa, 09 September 2014

Pengalamanku Mengikuti Lomba Hafalan

Aku pernah bersekolah di SDIS Mutiara Hati. Di sana, seluruh murid di kelas selalu menambah hafalan bersama-sama sehabis Shalat Dhuha. Aku dan teman-teman menghafal surat-surat di Juz 'Amma dengan cara ini:
"Iqra' bismi rabbi kal ladzi khalaq." Kata Bu Firda yang sedang mengajarkan surat Al-Alaq ayat 1 itu. Dan kami, (sebagai murid) mengikuti kembali ucapan Bu Firda.
"Nah, sekarang, ayo dua kali lagi ulanginya!" Ajak Bu Firda kepada murid-murid beliau. Sekali lagi kami mengikuti instruksi beliau
Seraya bibirku mengucapkan mimik surat itu, aku berkata dalam hati,"Kini, aku berada di kelas 4 Zaid bin Haritsah. Kelas yang rame dan berisik."
Aku memerhatikan aspek dalam kelasku itu; teman-temanku dan suasananya. Mereka semua macem-macem! Si Ghulam nyeleneh ke guru, Salsa sama Bila sedang sibuk ngafalin sendiri, Ehhhhh... Wisnu malah asyik ngobrol. "Sekelas aja aku perhatiin sekilas." Begitu opiniku tentang aku saat itu.
Kami menghafal surat Al-'Alaq dari ayat 1 sampai 5.
Kami terus mengulangi kegiatan ini. Setiap Senin-Jumat. Menghafal dan belajar surat-surat di Juz 'Amma sangat mengasyikkan bagiku.
Dari situlah aku bisa menghafal Juz 'Amma sampai surat sebelum 3 surat awal Juz 30, aku lupa namanya; ini adalah salah satu alasan mengapa aku suka Mutiara Hati.

Sementara di tempat pengajianku, Al-Furqan. Aku ditawari oleh Teh Diah (guru pengajianku) untuk mengikuti lomba hafalan. Aku sendiri yang tertarik dengan lomba itu menyetujui untuk mengikutinya. Walaupun, teman-temanku berkomentar, "Ih, kalau aku mah males." Tapi, tak apa, aku menguatkan niatku untuk mengikuti lomba. Bismillah.
Aku berlatih hafalan di Mutiara Hati seperti biasa. Sampai tiba hari Sabtu itu.
Kontestan dari Pengajian Al-Furqan hanya satu; yaitu aku sendiri. Dan adikku yang bernama Diah, mengikuti lomba mewarnai. Hanya saja Diah mengikuti lomba untuk mewakili Mutiara Hati, bukan Al-Furqon.
"Ananda Siti Cahyaningsih, silakan maju ke depan..." ucap seseorang lewat mikrofon.
Sekaranglah saatnya tiba giliranku, aku melafalkan surat yang diminta oleh para Juri. Aku dapat melafalkannya dengan lancar, walaupun ada yang tersendat-sendat. Aku akhirnya berhasil maju ke depan!
Aku sangat senang karena Teh Diah (guru di pengajianku) menemaniku dan bilang kalau tampilan dan bacaanku bagus. Alhamdulillah Ya Allah.
Alhasil, aku tak menang. Tak apa, ini menjadi pengalaman baru bagiku. Aku senang dapat berada di sini hari ini dan saat ini.
"Ningsih teh bagus, hafal suratnya. Tapi, bacaannya nggak pake murattal, jadinya kalah deh sama yang pake murattal." Ucap Teh Diah sambil menanpilkan senyum khasnya kepadaku dan teman-temanku. Diantara mereka adalah Teh Tiwi dan Sarah; mereka yang berbicara:
"Langsung gak mau gue mah, males soalnya." Kata Teh Tiwi.
"Iya, aku juga, males." Jawab Sarah.
Teman-temanku masih mencintaiku. Mereka bilang, "Ningsih hebat! Hafaleun euy!" Begitu kira-kira versiku tentang omongan mereka pada kala itu. Aku pun tersenyum mengingat semua ini. Whoever read this, I love you.
Inilah kata-kata terakhirku:
Terima kasih Mutiara Hati dan Al-Furqon, berkatmu, aku jadi hafal banyak doa dan hafalan.
Terima kasih sudah membaca. Aku senang kalian membaca karyaku.

Salam pecinta hafalan,
Siti Cahyaningsih

1 komentar: