Minggu, 14 September 2014

Pengalamanku: Senang Belajar Agama

Aku belajar Agama di Mutiara Hati. Disana, ada guru bernama Pak Hasan. Pak Hasan orangnya sangat humoris. Aku suka sekali dengan Pak Hasan. Sampai pada suatu kali, aku mendengarkan cerita Pak Hasan edisi Ramadhan. Aku lupa bagaimana detil ceritanya. Tapi, aku serius, itu sangat lucu. Sangat menghibur aku dan teman-teman.
Sampai akhirnya; yang jadi jalannya juga: aku dan teman-temanku (ya, iyalah!) nggak belajar Agama selama bulan Ramadhan. Apa cuma tiga kali yang ceritanya seru banget; apa gimana? Aku lupa! Tapi se-nggak-serunya Pak Hasan tetep seru banget, kok. Pak Hasan juga mencantumkan nilai-nilai moral dalam cerita beliau. Itu membuat kami tertawa dan belajar di waktu yang sama. Pelajaran moral; pelajaran yang tak hanya mengejar nilai belaka, sekaligus juga pelajaran yang akan benar-benar dipakai dalam hidup. Walaupun, pelajaran akademik secara langsung adalah taktik jitu untuk menata pikiran. Semua pelajaran; bahkan segala sesuatu yang kita lakukan akan menjadi pelajaran bagi hidup kita.  Dan akan menjadi bekal untuk hidup kita selanjutnya. Sudah, ah! Ini malah jadi ceramah.
Ya, aku menyukai Pak Hasan sebagai guruku. Beliau selalu melanturkan lawakan-lawakan segar yang membuat pikiran menjadi fresh. Seperti memasukkan pelajaran ke kepalaku (atau kami) dengan sangat-sangat ringan. Memberikan ulangan yang mudah namun berbobot, menambah hafalan dengan cara yang mengasyikkan, dan lain sebagainya yang membuatku (atau kami; sebagai kata ganti) menyukai Pak Hasan.

Begitulah ceritaku tentang Pak Hasan. Sekarang, kita ganti ke topik lain, yuk!

Aku menyukai pelajaran Agama saat subjek pembelajarannya seru. Sebagai contoh, kita ambil "Hari Kiamat". "Kenapa seru?" Karena di dalamnya terdapat contoh-contoh ekstrem yang membuat bulu kuduk kita merinding dan hal-hal seperti itu. Hal-hal yang ekstrem selalu membuatku bersemangat. Dan hal itu pula yang memacuku untuk belajar lebih giat lagi. Aku suka pelajaran Agama karena gurunya asyik. Mereka bercerita dengan penuh semangat tanpa peduli apa kata orang menilai mereka. Itu membuatku senang dan otomatis membuatku senang belajar Agama Islam. Aku (sebagai Ningsih) juga menyukai suatu pelajaran jika pelajaran itu mudah. Sebagai contoh, aku menyukai pelajaran Agama saat aku bersekolah di SDN Pejaten Timur 18 PG karena pelajaran Agama-nya cenderung mudah. Aku selalu selesai duluan (dari teman-teman) kalau ada tugas: dan tugasnya itu gampang banget! Aku tinggal nyari-nyari sebentar, habis itu langsung masuk ke otak tanpa perlu belajar lagi. Asyik banget, kan? Hal-hal seperti ini juga memacuku untuk menyukai suatu mata pelajaran. Bagaimana menurutmu? Bukankah aku seseorang yang sangat beruntung untuk masih diperbolehkan berjalan di bawah tujuh lapis langit yang biru? Bukankah iya? Don't you think so? I hope you think so.

Bye, thank you for reading my article. I love you.

SITI CAHYANINGSIH

1 komentar:

  1. Ditunggu yaaa...tulisan Ningsih tentang belajar di Bahtera �� love youu!

    BalasHapus