Jumat, 21 November 2014

Soft News: Field Trip SMP Bahtera ke Gedung Sate dan Saung Angklung Udjo

Di pagi hari itu, beberapa (tak semuanya) dari siswa-siswi SMP Bahtera mengikuti Field Trip ke Gedung Sate dan Saung Angklung Udjo. Mereka memasuki kawasan sekolah mereka dengan jadwal biasa yang sudah ditetapkan. Mereka membaca Al-Qur’an segera setelah bel berbunyi. Siti Cahyaningsih, atau biasa dipanggil Ningsih adalah salah satu dari mereka.

Setelah membaca Al-Qur’an, mereka diminta berkumpul di lapangan untuk briefing sebelum Field Trip berjalan. Dan mereka melakukannya sesuai dengan apa yang guru mereka instruksikan. Para guru telah berunding cukup lama untuk mempersiapkan Field Trip di hari yang istimewa tersebut. Alhasil, murid-murid Bahtera dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok  satu sampai dengan enam. Mereka dibagi dalam dua bis. Bis pertama mengangkut kelompok satu, tiga, dan empat. Sedangkan, bis kedua mengangkut kelompok dua, lima, dan enam.

Mereka atau bisa dipanggil siswa-siswi Bahtera berangkat dengan senangnya. Mereka bersenandung ria sesuai dengan kegembiraan hati mereka masing-masing. Akhirnya, dengan canda ria yang mereka dendangkan, mereka berhasil sampai ke Taman Lansia dengan selamat.

Di Taman Lansia, mereka melakukan game. Tahukah kamu seperti apakah game yang dimainkan anak-anak Bahtera? Ya, mereka bermain mencari-dan-menyusun-puzzle. Anak-anak Bahtera sangat antusias dengan permainan tersebut. Kerja sama barudak-barudak Bahtera telah teruji (dan terbukti) dengan permainan tersebut. Mereka berhasil menyusun puzzle tersebut dengan sukses. Barudak-barudak Bahtera memang top!

Di suatu sisi, seorang anak Bahtera menyedukan dirinya sendiri karena rindu akan keluarga dan momen-momen berharga. Ya, itulah Ningsih. Tapi, dia tetap berjalan menuju Gedung Sate dengan kerumunan anak-anak Bahtera lainnya dengan membawa perasaannya itu.

Sesampainya di Gedung Sate, disanalah  tempat (selang waktu beberapa lama)dengan datangnya seorang Petugas Keamanan Gedung Sate yang memandu generasi muda Bahtera yang siap mempelajari sejarah kota Bandung dan tentu saja, Gedung Sate nya.” Kami pun, siswa-siswi SMP Bahtera berjalan menuju lantai empat dimana kami akan diceritakan tentang sejarah yang berharga tentang Gedung Sate,” celoteh Ningsih yang merupakan salah satu siswi Bahtera.

Di sana (lantai empat), kami diceritakan oleh Pak Yanto tentang  sejarah dan apa itu Gedung Sate. Dimulai dari sejarah Gedung Sate pada masa Belanda, bagaimana Gedung Sate dibuat, sampai biaya pembangunan Gedung Sate dan Museum Geologi yang sama harganya dengan 6 juta Gulden. Begitulah singkatnya cerita Pak Yayan yang incredible itu. Di sudut lain dari cerita, Ningsih membuka Merriam-Webster seraya mendengarkan Pak Yanto yang sebenarnya dilarang oleh Pak Guru. Memang sebelumnya, kami dilarang memegang  Handphone dengan alasan: sekarang ini kalian sedang belajar, hanya saja prosesnya di luar kelas. Tapi menurut Ningsih yang juga merupakan saksi mata, masih ada anak-anak Bahtera lainnya yang membuka handphone nya. Sungguh, perilaku yang tidak bertanggung jawab. Kali ini, siswa-siswi Bahtera belum menunjukkan sikap yang patut sebagai anak bangsa.

Sehabis diberi penjelasan oleh Pak Yanto, siswa-siswi SMP Bahtera go to the top of Gedung Sate. Mereka berfoto ria disana dilengkapi panorama Bandung sebagai background nya. Ningsih juga termasuk sebagai siswi yang narsis.

Baik diatas maupun dibawah Gedung Sate, Ningsih tetap berperan menjadi siswi Bahtera yang narsis. Ia tetap berfoto ria bersama teman-temannya di depan prasasti bersejarah Gedung Sate. Bukan hanya Ningsih, murid-murid Bahtera yang lain juga narsis sendiri maupun bersama teman lainnya. Terbukti dengan foto bersama SMP Bahtera yang shining dibawah sinar mentari. Hehehe…

Setelah berfoto, murid-murid Bahtera beristirahat sejenak dibawah pohon yang rindang. Sambil menikmati bekal mereka, siswa-siswi yang aktif ini berceloteh ditemani teman santai mereka. Alias, makanan mereka. Mereka sangat menikmati moment of joy ini.

Murid-murid Bahtera pun segera bangkit dan berjalan menuju bis untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya;  Saung Angklung Udjo!

Sampai di Saung Angklung Udjo, mereka tidak langsung menonton pertunjukannya. Melainkan, mereka shalat dan beristirahat dulu di tempat yang sudah disediakan. Ditemani jajanan sehat dari kantin Angklung Udjo, siapa lagi yang tak mau istirahat beratapkan jerami?

Tepat jam 13.00,mereka menonton pertunjukan di Saung Angklung Udjo yang berupakan beberapa sesi. Di antara sesi-sesi tersebut adalah, sesi Wayang Golek, Tari Topeng, dan satu tari lagi yang biasa ditampilkan saat seseorang baru sunatan, dan banyak sesi lainnya. Begitulah menurut Ningsih yang merupakan narasumber utama kami.

“Kami juga diajak main angklung bersama!” Sahut Ningsih di rumahnya.

Di akhir acara, beberapa penonton dari SMP Bahtera maupun sekolah lain diajak menari bersama para murid Saung Angklung Udjo. “It was a moment of strength and I feel okay about it.” Begitu pendapat Ningsih tentang momen itu saat ia ikut menari dengan mereka. Bagaimana dengan yang lain? Sayangnya, kami tidak mengutip pendapat dari warga Bahtera yang lain.

Siswa-siswi SMP Bahtera pun menelusuri tempat souvenir Angklung Udjo dan beberapa dari mereka juga ada yang membeli es lilin. Begitu menurut pengamatan kami pada kegiatan-sehabis-pertunjukan SMP Bahtera.


Murid-murid SMP Bahtera pun pulang dengan santainya. Begitulah pengalaman Field Trip SMP Bahtera dari sudut pandang Siti Cahyaningsih sebagai narasumber utama kami. Semoga artikel ini member iimpresi yang baik pada pembaca sekalian dan bermanfaat untuk kedepannya. Sekian dari kami  wartawan Koran SMP Bahtera.  (-ningsih)

1 komentar: